Mengambil nama lokasi keberadaannya "SAWANGAN" agar dekat dengan masyarakat sekitar dalam kerangka Gereja dan Masyarakat. Selain itu Sawangan juga berarti Gotong Royong, tolong menolong di dalam kebersamaan.
Kita menyaksikan bagaimana Allah menata karyaNya, memelihara dan menuntun sehingga rencanaNya berlangsung dengan lembut tapi pasti dan tegas menembus kekelaman dunia ini.
Tantangan dan Hambatan diubah menjadi Kesempatan dan Berkat yang nyata sehingga Persekutuan umat Kristen khususnya Jemaat GPIB "Sawangan" tetap kokoh berdiri dan menyaksikan Karya-karya Allah yang Besar dan Ajaib.
Disadur dari halaman 11, Buku "Bersama Tuhan Menata KaryaNya"
Dasar dan Motivasi
Batu Penjuru yaitu Yesus Kristus sebagai dasar bangunan jemaat:
"Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah Rohani,"
(1 Petrus 2 : 4 - 5a)
Alkitab memang berkata bahwa gereja adalah bangunan, tetapi bukan sembarang bangunan. Gereja adalah bangunan rohani dan batu yang digunakan untuk membangunnya adalah batu yang "hidup". laki-laki dan perempuan yang diaduk dengan "semen iman" kepada Tuhan Yesus Kristus, batu penjuru yang menopang seluruh bangunan itu seutuhnya.
Gereja akan hidup dan berbuah apabila orang-orang Kristen yang berjiwa rohaniah bergabung ke dalamnya dengan semangat Kasih dan Pelayanan. Tidak ada organisasi/persekutuan Gerejawi yang sempurna, tapi hal itu tak kunjung dapat diperbaiki apabila orang-orang Kristen yang berjiwa rohaniah meninggalkannya.
Disadur dari halaman 1, Buku "Bersama Tuhan Menata KaryaNya"
PESAN MAJELIS SINODE XXI GPIB
60 Tahun
Pelayanan Kategorial (Pelkat)
Persekutuan Kaum Perempuan (PKP)
PEREMPUAN YANG BERSYUKUR
(Hakim-hakim 5:3b)
Gambaran “Gereja misioner” yang dimunculkan pada akhir ’60-an telah turut mengubah wajah GPIB hari ini. Dengan paradigma misioner ini, GPIB mengubah wajahnya bukan lagi Gereja yang berwatak kolonial, bermentalitas ghetto (tertutup), dan kehilangan Injil sosial, tetapi kini menjadi Gereja yang kontekstual, terbuka, rendah hati, dan menyatu dengan konteks yang dimasukinya. Dalam paradigma misioner ini, GPIB menjadi Gereja yang terbuka, yang makin menyadari bahwa konteks dan segala keprihatinannya adalah ukuran satu-satunya agar dirinya disebut Gereja yang fungsional, vital, dan menarik, dalam turut menjadi solusi atas berbagai masalah yang dihadapi para perempuan.
Berbicara tentang “Gereja misioner”, maka kita akan bersentuhan dengan unit-unit misioner Gereja, yang menjadi garda terdepan dalam merealisasikan panggilan Gereja yang semakin terbuka dalam menyongsong keprihatinan dunia. Dalam lingkup GPIB, kita mengenal enam unit misioner, yang lahir dari rahim GPIB menurut kronologinya masing-masing. Secara eklesiologis, unit misioner ada sebagai konsekuensi logis dari model “Gereja misioner” yang dijadikan sebagai identitas baru GPIB. Dikatakan unit misioner karena ia adalah pelaksana dari misi Gereja (missio ecclesia) untuk mewujudkan misi Allah (missio Dei). Di sinilah eksistensi Persekutuan Kaum Perempuan (PKP) GPIB mempunyai fungsi strategis dalam turut mewujudkan panggilan dan pengutusan Gereja mewujudkan misi Allah, dan turut menguatkan karya emansipasi perempuan di bumi Indonesia.
Majelis Sinode XXI GPIB menyambut dengan rasa syukur kegiatan syukur menghayati perjalanan ‘60 tahun Pelayanan Kategorial PKP GPIB. Dengan mengangkat tema “perempuan yang bersyukur”, yang digali inspirasinya dari Hakim-hakim 5:3b, para perempuan GPIB menyatakan keyakinan imannya untuk “menyanyi bagi TUHAN, bermazmur bagi TUHAN” sebagai Sang Penolong satu-satunya. Melalui acara temu syukur di Yogyakarta ini, termasuk peluncuran buku 60 tahun PKP GPIB, para pengurus dan anggota Pelkat PKP hendak mengungkapkan dirinya sebagai unit misioner yang telah, sedang, dan akan melaksanakan panggilan dan pengutusan Gereja dalam mewujudkan misi Allah.
Dalam konteks temu syukur ini, Pelkat PKP GPIB hendak memberi apresiasi yang setinggi- tingginya kepada setiap orang yang telah menginisiasi dan bekerja lelah bagi terselenggara dan suksesnya acara ini. kiranya temu syukur di Yogyakarta menjadi sebuah pesta iman di mana Tuhan Yesus, Kepala Gereja, yang dimuliakan. Acara ini sendiri memperlihatkan semangat baru untuk memberikan karya terbaik bagi pertumbuhan spiritual dan kemajuan Pelkat PKP sebagai salah satu unit misioner GPIB yang sangat strategis untuk mewujudkan gambaran GPIB sebagai “Gereja misioner”.
Akhirnya, selamat mensyukuri ziarah ‘60 tahun bagi seluruh pengurus dan anggota Pelkat GPIB di mana pun berada. Jadilah perempuan yang Anggun, Bersahaja, dan Pembawa Damai, untuk kemuliaan Tuhan dan kemajuan GPIB sebagai ladang pengabdian dan pelayanan.
MAJELIS SINODE GPIB XXI
Ketua Umum | : | Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si |
Ketua I | : | Pendeta Marthen Leiwakabessy, S.Th. |
Ketua II | : | Pendeta Manuel Essau Raintung, S.Si. M.M. |
Ketua III | : | Pendeta Maureen S. Rumeser-Thomas, M.Th. |
Ketua IV | : | Penatua Shirley Maureen van Houten-Sumangkut, M.M |
Ketua V | : | Penatua Robynson Letunaung Wekes, S.H., M.M., MBA. |
Sekretaris Umum | : | Pendeta Elly Dominggas Pitoy-de Bell, S.Th. |
Sekretaris I | : | Pendeta Emmawati Yulia Rumampuk-Baule, S.Th, M.Min |
Sekretaris II | : | Penatua Ivan Gelium Lantu, S.H., M.Kn. |
Bendahara | : | Penatua Eddy Maulana SoeiNdoen, S.E. |
Bendahara I | : | Penatua. Victor Pangkerego, S.E. |
Dewan Persekutuan Kaum Perempuan GPIB 2021-2025
Ketua: Juanita Pattipeilohy-Tumilaar
Sekretaris: Joy J. Ririhena-Tobing
Sekretaris 1: Fonda Wattimury-Mainake
Bendahara: Maya Puspitasari Tanit
Bendahara 1: Henny L. Maun-Lintuuran
Anggota:
Anitakari Manongko-Runtukahu
Sri Lestari Rendakasiang
Nancy R. Damping-Samaliwu
Herryde Tomasouw-Simangungsong
Tema 5 tahun 2022-2026
Tema Tahun 2025
Alamat Surat Menyurat
Jl.ARCO Raya No. 30 Kompleks ARCO Sawangan
Duren Seribu, Depok, Indonesia 16518
Telpon: +62 251 8611290 atau +62 21 98268565
e-Mail: sawangan.depok@gpib.or.id